Ini adalah kisah seorang sahabat baru saya, yang kisahnya bersedia saya tulis di blog ini. Agar nantinya mampu untuk menjadikan contoh bagi sahabat-sahabat pembaca.
Namanya adalah Rozak Al-Maftuhin, mahasiswa dari salah satu universitas di malang.
Awal kisahnya dari masuknya dia disalah satu SMP di daerahnya. Ojak (Ojak adalah nama panggilan dia) mengenal kakak tingkatnya, yang saat itu kelas tiga SMP, yang memiliki tingkah laku yang tidak seharusnya dilakukan. Ojak mulai terpengaruh dengan temannya tersebut, mungkin karena kepolosannya (Katanya), salah satu penyebab ojak ini terpengaruh dengan kakak tingkatnya tersebut. Dia juga mengatakan bahwa dirinya memang salah satu orang yang mudah terpengaruh atau mudah terjerumus karena latar belakang keluarganya. Dia adalah anak yang hidup dikeluarga broken home. Ibunya meninggal saat ojak masih duduk di sekolah dasar, lebih tepatnya kelas dua SD.
Saat itu, dia merasa kurang mendapat kasih sayang dan juga kurangnya pengawasan dari orangtuanya. Ojak menjelaskan kenakalan-kenalan yang pernah dia perbuat, yaitu dia sempat menjadi seorang anak yang suka mabuk-mabukan, merokok, dan seringnya dia membolos sekolah, suka mencuri. "Sholat.. Iya sholat tapi pura-pura saja. Bilangnya sudah sholat, tapi sebenarnya belum." Ucapnya.
Saya pun bertanya, apa yang dia rasakan saat mejalankan hal yang menurut dia saat ini, adalah hal negatif tersebut, "Emmm, yang saya rasakan happy happy saja, ya namanya sudah rusak mau bagaimana, lanjutkan saja, dan itu menyenangkan" Katanya.
Lalu, dia pun menjelaskan bahwa perasaan tersebut bertahan selama empat tahun. Dia mulai tersadar disaat mendengarkan ceramah seorang mualaf, beliau bernama Abdul aziz dari Blitar. Beliau mengatakan "Saya mualaf bisa seperti ini, mendakwah ajaran islam, paham agama. Harusnya kalian lebih bisa daripada saya".
Disitu ojak mulai merenung, seiring waktu dia mulai memperdalam agama islam, hingga akhirnya seperti sekarang. Sayapun penasaran, apa yang dia rasakan saat mendengar mualaf tersebut mengatakan kalimat itu. Dia menjelaskan " Bisa dikatakan tersenyuh, jantung berdebar. Ya, ingin lah untuk berubah, mualaf saja bisa begitu. Kenapa saya tidak? Mulailah saya sholat, dan meninggalkan kenakalanku". Lalu pertanyaan saya pun semakin berkembang, saya menanyakan "Apa perubahan tersebut pernah goyah?"
" Alhamdulillah tidak pernah goyah, selalu ingin menjadi lebih baik. Namun terkadang ya muncul sikap yang buruk lagi. Maklum iman naik turun" Jawabnya.
Dia pun melanjutkan ceritanya " Memang, setelah saya berubah, saya tidak bisa menjadi superman, batman, atau ant man. Namun saya merasakan kenyamanan yang sangat dalam di sanubariku. Juga kasih sayang dari segala arah, datang menyejukkan hati saya. Sangat berbeda dengan ketika saya dalam lingkaran hitam dahulu. Dalam kenalakan, kita mungkin akan merasakan senang, tapi kita jarang merasakan tenang. Dalam kebaikan kita memang jarang merasakan senang, tapi kita merasakan tenang". Saya pun sangat bersyukur mendengar keseriusan ojak bercerita, yang juga dibumbuhi sedikit kekocakan yang memang dia miliki ini. Saya pun menanyakan pesan apa yang ingin dia berikan untuk sahabat-sahabat yang mengunjungi blog ini.
Inilah pesannya:
"Pesan saya sederhana saja, yang terpenting bukan hasil, melainkan proses. Kawan, kita tidak hidup sehari atau dua hari saja. Proses yang kita jalani sekarang, akan kita rasakan dimasa depan. Bukankah sudah ada didalam hadits (Man yazro yahshud) barang siapa menanam maka ia akan memetik. Maka yang kita lakukan adalah keburukan, maka keburukan pula yang akan ia dapatkan nantinya. Maka dari itu, berikanlah yang terbaik saat ini juga. Untuk masa depan yang lebih baik lagi. Jaga muda sebelum tua".
" Oh ya, ada satu lagi. Jangan melihat seseorang dari masa lalunya, karena seorang yang dulunya musuh Islam, kini menjadi pedangnya umat Islam- Umar bin Khattab"
Pesan yang indah sekali :D
" Oh ya, ada satu lagi. Jangan melihat seseorang dari masa lalunya, karena seorang yang dulunya musuh Islam, kini menjadi pedangnya umat Islam- Umar bin Khattab"
Pesan yang indah sekali :D
Ya, sahabat..
Itulah kisah dari sahabat kita, semoga bermanfaat. Selain ojak yang memberikan pesan, saya pun juga ingin memberikan pesan untuk saya dan sahabat-sahabat diluar sana.
"Segeralah berhijrah, segeralah berjalan menuju kebaikan. Karena waktu tidak akan menunggu kita untuk berubah. Melainkan diri kita sendiri yang harus menuju perubahan tersebut. Jangan pernah ragu untuk mengawali perubahan, karena jalan kebaikan akan membuatmu merasa damai."
#Foto dan kisah yang kami tulis, sudah mendapat ijin dari Rozak Al-Maftuhin
#Foto dan kisah yang kami tulis, sudah mendapat ijin dari Rozak Al-Maftuhin

3 komentar:
Ceritanya hampir mirip mbak sama saya, saya juga baru hendak berhijrah saat ini, setelah 4 tahun mengalami keterpurukan akibat ibu saya meninggal dan keluarga saya sudah tidak harmonis lagi. Bahkan saya sempat berfikir untuk mengakhiri hidup. Panjang kalo mau diceritain semua mba. Saya ingin berhijrah menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Semangat memperbaiki diri untuk kita semua. :)
Kita tidak pernah bisa memilih lahir di mana, dari rahim siapa, dengan keadaan seperti apa, namun bagaimanapun keadaan keluarga kita saat ini, yakinlah mereka adalah anugrah Tuhan. Syukuri,maksimallah berusaha membuat mereka bangga memiliki kita. (sebenernya motivasi untuk saya)
mampir dan follow blog saya juga dik Dhiyrra ;)
http://ibuguruyuni.com/
Ocehane: Terimakasih sudah berkunjung di blog saya,dan tetap semangat memperbaiki diri ya ^_^ yakin saja bahwa jalan kebenaran itu lebih indah :)Semoga kisah sahabat kita ini bisa emmbuat kita semakin semangat untuk berhijrah :D
Yuni Enaya Sunaya: Baik kak, terimakasih sudah berkunjung :D
Posting Komentar